Selasa, 14 April 2009

Cidera Cervikal pada Atlit


Oleh: Thomas M. Bernard, Jr., M.D..,Columbus, Georgia
Alih bahasa: Arif Yulianto, SSt.TF
reposting by: sterno


Sprain atau strain cervical
Kondisi cidera cervical yang paling biasa terjadi pada atlit olahraga adalah sprain pada otot dan strain pada ligament. Gejala dari sprain atau strain cervical adalah ketegangan yang terlokalisir pada satu sisi leher yang dihubungakan dengan adanya nyeri dan keterbatasan gerak pada leher. Keadaan ini sering muncul setelah 12 sampai 24 jam setelah terjadi cidera.

Kondisi ini diketahui karena adanya beberapa bunyi ‘krek’ pada leher. Yang akan reda jika diberikan es atau kompres hangat, latihan penguluran ringan, dan obat anti inflamasi, seperti aspirin atau ibuprofen. Atlit dengan sprain atau strain cervical jarang terbatasi untuk kembali ke olahraganya.


Sindroma facet sendi Cervical

Sprain atau strain cervical yang lebih serius yaitu ketika mempengaruhi facet sendi yang menghubungkan satu vertebra cervicalis dengan yang lainnya. Cidera facet sendi servical terjadi ketika kapsul sendi dan ligament tulang belakang terulur dan otot kecil yang menempel pada vertebra mengalami strain. gejalanya termasuk nyeri local pada leher; nyeri ketika mengekstensikan bahu, lengan atau punggung atas; keterbatasan gerakan; dan, kadang-kadang, sakit kepala.

Gejalanya sering terjadi segera setelah terjadi cidera traumatic, seperti rotasi leher yang mendadak ketika terjadi cidera whiplash atau gerakan lateral fleksi yang dapat terjadi ketika jatuh. Penanganan fisioterapi atau chiropraksi dan obat anti inflamasi atau obat perelaksasi otot biasanya akan meredakan gejala pada sindroma sendi facet cervical.

Radikulopati cervicalis
Penekanan akar saraf cervical adalah hasil dari hernia discus atau dari terjebaknya saraf diantara dua tulang. hiperekstensi yang berlebihan pada cervical atau beban aksial (rotasi sekitar garis lurus) menjadi kontribusi pada kondisi ini.

Gejalanya termasuk nyeri local atau nyeri yang menjalar dari leher sampai ekstremitas.
Sebagai contoh, cidera pada vertebra atau discus pada leher anda dapat menimbulkan nyeri, kesemutan atau kelemahan pada bahu, lengan atau tangan.

Kondisi ini terjadi karena saraf yang membentang dari antara vertebra cervicalis memberikan sensasi dan stimulasi gerakan pada area tersebut. Cidera yang terjadi didekat akar saraf dapat menyebabkan nyeri pada ujung saraf, dimana sensasi dirasakan.

Nyeri pasien sering berkurang dengan menyangga bagian ekstremitas dengan mengelevasikannya, memberi penekanan pada akar saraf yang teriritasi. X-ray pada cervical jarang menunjukkan penyebab nyerinya; bagaimanapun, foto MRI, yaitu tes yang memperlihatkan jaringan lunak, secara mudah dapat menkonfirmasi diagnosis.

Traksi cervical dan kortikosteroid dosis singkat untuk mengurangi inflamasi dan analgesic untuk mengurangi nyeri biasanya efektif untuk pengobatan. Pasien dengan tanda dan gejala radikulopati cervical (abnormalitas sensoris atau motoris), seperti kesemutan atau kelemahan pada lengan, secara intensif harus dimonitor oleh terapisnya.

Kemajuannya biasanya terjadi antara 2 sampai 3 bulan sekitar 65% sampai 70% dari pasien dengan radikulopati cervical. Operasi disediakan untuk pasien ini yang gejalanya berlangsung lebih dari waktu ini. Kembali berolah raga mungkin dilakukan ketika gejalanya telah reda dan fungsi saraf kembali ke normal.

Transient Quadriplegia/quadriplegi sementara
Quadriplegi sementara terjadi pada cidera yang lebih serius akan tetapi bersifat temporer pada sumsum tulang cervical. Disfungsi saraf dapat muncul pada salah satu atau kedua lengan, salah satu atau kedua tungkai, atau keempat ekstremitas, atau lengan dan tungkai pada sisi yang sama.

Pasien dapat merasakan nyeri atau kesemutan, dengan atau tanpa kelemahan, atau paralysis komplit. Riwayat penyakitnya bisa berlangsung kurang dari 15 menit tapi juga dapat terjadi sampai 48 jam dengan perkembangan secara bertahap. Kembalinya fungsi motorik dan sensorik secara komplit dan penuh, gerakan lingkup gerak sendi tulang belakang yang bebas nyeri.

Ketika kondisi yang dramatis ini terjadi, atlit harus ditangani dengan semua tindakan pencegahan untuk cidera cervical, termasuk juga imobilisasi kepala dan leher dan kendaraan ke fasilitas gawat darurat. X-ray dan MRI dapat mengungkapkan adanya fraktur, hernia discus, atau penyempitan pada terowongan spinal bagian sentral yang congenital (terjadi sejak lahir).

Bagaimanapun, kesan dari studi ini biasanya normal pada transient quadriplegi. Sekali pasien mempunyai riwayat transient quadriplegi, 40% darinya akan potensial terjadi cidera lagi untuk yang kedua. Selama tidak ada kejadian gerakan yang abnormal diantara vertebra atau tekanan pada sumsum tulang, atlit diijinkan untuk kembali melakukan aktifitas olah raga lagi tanpa meningkatkan resiko permanent cidera saraf.

Fraktur Cervical
Atlit dengan energi trauma yang tinggi pada kepala atau leher harus diperkirakan akan mendapatkan cidera cervical sampai terbukti sebaliknya. Manajemen yang tepat memulai dalam suasana pemeriksaan dan terapi pada pasien yaitu dengan personel gawat darurat, seperti pelatih atlit.
Meskipun jarang, yang menjadi bencara besar dari cidera cervical selama pertandingan atletik membutuhkan terapi yang tepat untuk mencegah potensial cidera saraf dan meningkatkan kesempatan untuk sembuh.

Kira-kira 50% dari pasien dengan cidera medulla spinalis yang akut mempunyai cidera yang berarti pada kerangka atau organ. Evaluasi radiografis pada pasien ini yaitu termasuk di dalamnya x-ray, computed tomography (x-ray yang bersekat-sekat), dan MRI untuk memastikan terjadinya fraktur cervical atau cidera yang lain dan untuk membedakan stabilitas dari fraktur. Beberapa fraktur cervical di terapi dengan alat penyangga leher (cervical collar),dimana beberapa pasien dengan cidera yang tidak stabil dan gejala yang menetap yang lainnya membutuhkan operasi.

Kembali ke olah raga Kebanyakan atlit yang menderita strain cervical yang ringan, sindroma sendi facet cervical, atau radikulopati cervical biasanya mampu untuk kembali untuk olahraga kompetitif. Bagaimanapun, pasien dengan fraktur cervical dengan hasil yang tidak stabil, yang dengan penyempitan yang congenital pada terowongan cervical, dan yang telah mempunyai gabungan operasi biasanya jarang kembali untuk berkompetisi lagi dalam olah raga karena resiko untuk terjadi cidera lagi pada cervical.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar