Minggu, 26 April 2009

HBO

Dikutip dari sumber:
http://noengkiprameswari.blogspot.com/2009/01/terapi-oksigen-hiperbarik-terapi.html
Reposting by: sterno

Terapi Oksigen hiperbarik pertamakali oleh Behnke 1930 digunakan untuk rekompresi (mengembalikan tekanan) para penyelam untuk menghilangkan simptom penyakit dekompresi (Caisson’s Disease) setelah menyelam. Penyakit dekompresi adalah penyakit yang terjadi karena perubahan tekanan. Misalnya saat kita menyelam atau kalo kita naik pesawat terbang tekanan naik), akan terjadi pelepasan dan mengembangnya gelembung2 gas dalam organ. Jika kita kembali ke tekanan awal, maka akan terjadi perubahan tekanan yang dapat menganggu fungsi beberapa organ tubuh / penyakit dekompresi.

Di Indonesia perkembangannya diawali dengan keberadaan instalasi ruang kompresi pada saat dibangunnya Graving dock, di Ujung, Surabaya yang digunakan untuk mengobati penderita dekompresi. Sampai saat ini fasilitas hiperbarik tersedia di beberapa rumah sakit di Indonesia terutama rumah sakit TNI AL dan rumah sakit yang berhubungan dengan pertambangan

Pemakaian Oksigen Hiperbarik dikembangkan sebagai komplemen terhadap efek radiasi pada perawatan kanker oleh Churchill Davidson pada tahun 1950 selain dikenal sebagai perawatan penunjang selama pembedahan jantung, perawatan gas gangrene klostridial, dan perawatan terhadap keracunan karbon monoksida. Oksigen hiperbarik mulai dikenal untuk menunjang penyembuhan luka pada tahun 1965 pada korban luka akibat ledakan pada tambang minyak dengan keracunan karbon monoksida diketahui dengan penggunaan oksigen hiperbarik, penyembuhan terjadi lebih cepat.

Terapi oksigen hiperbarik dilakukan pada suatu ruang hiperbarik (Hyperbaric chambers) yang dibedakan menjadi 2 yaitu : Multiplace dan Monoplace. Multiple chamber dapat digunakan untuk beberapa penderita pada waktu yang bersamaan, sedangkan pada monoplace digunakan untuk pengobatan satu orang penderita saja .Tidak perlu penggunaan masker atau sarung tangan dalam chamber kecuali pada kasus keracunan karbon monoksida atau inhalasi asap. Di dalam ruangan, chamber penderita dapat melakukan aktivitas apa saja seperti mendengarkan musik, membaca, atau bahkan senam aerobik. Hehehe. Untuk Penelitian, hewan coba pun bisa dimasukkan chamber.

Dosis Perawatan oksigen Hiperbarik yaitu dengan memberikan tekanan 100 % oksigen yang lebih besar dari tekanan oksigen murni secara terus menerus pada tubuh, dengan tekanan sebesar 2 atmosphere absolute (ATA) sampai 3 ATA. Untuk perawatan luka khusus bagi kecelakaan penyelaman, kasus yang menggunakan hiperbarik oksigen pertamakali, membutuhkan tekanan 100% oksigen selama 90 menit pada kedalaman 45 feet of sea water (fsw) – 13.7m of sea water (msw) or 1.38 bar atau sesuai dengan 2,36 (ATA). Dosis yang digunakan pada perawatan HBOT tidak boleh lebih dari 3 ATA karena tidak aman untuk pasien dengan status debil selain berkaitan dengan lamanya perawatan yang dibutuhkan, juga dikatakan bahwa tekanan diatas 2,5 ATA mempunyai efek imunosupresif.

Pada kebanyakan perawatan, waktu setiap sesi HBOT adalah 90 menit sampai 120 menit sekali sampai dua kali dalam sehari isesuaikan dengan kondisi jaringan serta perawatan yang diperlukan. Biasanya sebagai terapi dibutuhkan 10 sesi perawatan ( untuk kebugaran tubuh dan kecantikan ) atau lebih sesuai dengan kondisi.

Perawatan HBOT berfungsi untuk :
1. Meningkatkan konsentrasi oksigen pada seluruh jaringan tubuh, bahkan pada aliran darah yang berkurang
2. Merangsang pertumbuhan pembuluh darah baru untuk meningkatkan aliran darah pada sirkulasi yang berkurang.
3. Menyebabkan pelebaran arteri rebound sehingga meningkatkan diameter pembuluh darah, dibanding pada permulaan terapi.
4. Merangsang fungsi adaptif pada peningkatan superoxide dismutase (SOD), merupakan salah satu anti oksidan dalam tubuh untuk pertahanan terhadap radikal bebas dan bertujuan mengatasi infeksi dengan meningkatkan kerja sel darah putih sebagai antibiotic pembunuh kuman.

Untuk biaya, cukup murah. Sekitar Rp 1.300.000,- untuk sepuluh kali sesi pertemuan.
Terapi HBO tersedia di :

  1. Lakesla TNI AL, Surabaya;
  2. RS PT Arun, Aceh;
  3. RSAL Dr Mintohardjo, Jakarta;
  4. RS Pertamina Cilacap;
  5. RS Panti Waluyo, Solo;
  6. RSU Sanglah, Denpasar;
  7. RS Pertamina Balikpapan;
  8. RSU Makasar;
  9. RS Gunung Wenang, Manado;
  10. RSAL Halong, Ambon;
  11. RS Petromer, Sorong.
  12. RSAL Dr Midiyatos, Tanjung Pinang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar